5 Feb 2013

5 Teori Kepemimpinan

baca 2 teori sebelumnya

3. Tipe Kepemimpinan
Para ahli filsafat dan ahli teori sosial telah berusaha untuk menyimpulkan pandangannya dengan mengajukan bermacam-macam tipologi kepemimpinan. Didalam In The Republic, Plato mengajukan tiga tipe kepemimpinan :
1. Ahli filsafat, negarawan yang memerintah republik dengan penalaran dan keadilan.
2. Militer, untuk mempertahankan negara dan pelaksana kebijaksanaan.
3. Pedagang, menyediakan kebutuhan material penduduk.
Sedangkan Conway, membagi tiga tipe kepemimpinan masyarakat sebagai berikut :
1. Crowd-compller, membakar semangat para pengikut dengan pandangan-pandangannya.
2. Crowd-exponent,merasakan dan mengekspresikan apa yang menjadi keinginan masyarakat.
3. Crowd-representative,hanya dengan bermodalkan suaranya saja ia membentuk pendapat dari rakyatnya.
Pembagian dari Conway tersebut di atas dipengaruhi oleh Le Bon (1897) yang menggambarkan pemimpin masyarakat sebagai manusia pelaksana (man of action) yang sangat meyakinkan, yang memiliki keyakinan sangat kuat dan secara sungguh-sungguh menolak semua penalaran dari luar diri dan memaksa massa untuk mengikutinya.
Actuanting adalah menggerakan untuk bekerja. Actuanting ini dapat berupa kepemimpinan (leadership), perintah, intruksi, komunikasi, nasihat (counseling) perundingan-perundingan, pengawasan, mengetahui dan memenuhi keinginan-keinginan dari pada pekerja perorangan, mengusahakan adanya serta mempertahankan hubungan-hubungan antara anggota kelompok serta menjalankan manajemen partisipatif. Kepemimpinan menunjukan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.
Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruh atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dan sebagainya, atau melalui kontak pribadi antara seseorang dengan orang lain secara tatap muka (face to face).
Kepemimpinan melalui karangan atau ciptaan yang dituangkan dalam bentuk buku atau lukisan dapat dikatakan kepemimpinan yang tidak langsung, karena sang pemimpin dalam usaha mempengaruhinya tidak seketika pada saat ia melakukan kegiatan. Pemimpin-pemimpin jenis ini adalah para ilmuan, seniman atau satrawan yang hasil karyanya atau ide-idenya dapat mempengaruhi orang lain.
Kepemimpinan yang bersifat tatp-muka berlangsung melalui kata-kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya. Oleh karena bertatap muka, ia mengetahui seketika hasil kegiatannya itu. Berkenaan dengan berkembangnya teknologi seperti radio dan televisi, kegiatan kepemimpinan melalui kata-kata lisan ini dapat lebih efektif dengan memperoleh sasaran yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada kalau berhadapan muka.
Keberhasilan seorang pemimpin banyak bergantung dari keberhasilan dalam kegiatan komunikasi. Seseorang tak mungkin menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Lebih tinggi kedudukannya sebagai pemimpin, akan lebih banyak pengikutnya. Akan tetapi tak mungkinlah ia dapat menaiki anak tangga kepemimpinannya tanpa kemampuannya tanpa kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikut-pengikutnya dan bakal pengikut-pengikutnya.Hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin akan nampak dalam suatu pola yang menggambar kan tipe kepemimpinan seseorang. Proses hubungan antara seseorang yang memimpin dengan seseorang yang dipimpin juga akan nampak dalam pribadi seorang pemimpin.
Berdasarkan teori aliran Behaviorisme, titik perhatian kepemimpinan adalah pada kegiatan kelompok, interaksi dan kepuasan anggota. Teori ini sebenarnya mengarah pada bentuk organisasi yang formal, atas dasar inilah maka timbul beberapa tipe kepemimpinan, sebagai berikut :
 a. Otoriter (Dominator)
b. Persuatif (Crowd Crouser)
c. Demokratis (Group Developer)
d. Intelektual (Eminent Man)
e. Eksekutif (Administrator)
f. Representatif (Spokesman)
Tipe kepemimpinan otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya ini akan diproyeksikan tersebut dapat tercapai dengan baik. Disini bawahannya hanyalah suatu mesin yang dapat digerakan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan. Jika seorang guru di kelas melaksanakan tipe kepemimpinan ini maka jelas muridnya akan menjadi pasif dan mati inisiatifnya, dan gurulah yang selalu paling benar.
Kepemimpinan secara otoriter artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri. Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahan dan merupakan sebagai alat. Cara menggerakan para anggota organisasi dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman pidana. Bawahan adanya hanya menurut dan menjalankan perintah atasan serta tidak boleh membantah, karena pimpinan secara ini tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
Rapat-rapat atau musyawarah tidak dikehendaki. Berkumpul hanya untuk menyampaikan instruksi-intruksi atau perintah. Pemimpin semacam ini hanya menggantungkan kekuasaannya atas pengangkatan formalnya dan semua tindakannya tidak boleh diganggu gugat dan kekuasaan yang kuat ini mudah menimbulkan sikap menyerah tanpa syarat. Dalam hal ini para anggota kelompok cenderung untuk mengabaikan perintah atau tugas
Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Disini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala kebijakasaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna menggunakan informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaankebijaksanaan selanjutnya.
Tipe kepemimpinan yang demokratis ini meskipun memiliki kesamaan akan tetapi harus dibedakan dengan tipe kepemimpinan yang laissez faire. Di dalam tipe kepemimpinan yang laissez faire, terdapat keterbatasan yang tak ada batasnya sedangkan pada tipe kepemimpinan yang demokrastis itu tetap terdapat keterikatan antara yang dipimpin dengan pemimpin guna mencapai tujuan organisasi.
Dewasa ini yang populer tedapat teori yang membagi tipe kepemimpinan berdasarkan demokratif dan otokratik. Sebenarnya otokratik disebut juga orientasi tugas atau struktur, sedangkan demokratik disebut juga orientasi manusia. Berdasarkan pembagian dari tipe kepemimpinan ini sebenarnya mempersoalkan cara-cara dan gaya kepemimpinan karena sebenarnya tiap pemimpin dalam mencapai tujuannya memiliki kekhasan sendiri, apakah ia akan lebih memperhatikan kepentingan pengikutnya pemanfaatan interaksi, kegunaan dari pada instrumen, atau karisma atau kewibawaan. Dalam hal ini dengan sendirinya akan kembali terhadap pandangan hidup cara penyelesaian masalah sebagai variabel lain perlu diperhatikan siapa dan apa yang harus dipimpin, misalnya kelompok kecil perusahaan, militer dan sebagainya. Pimpinan birokrasi akan lebih loyalitas kedudukan dan berdasarkan alasan rasional, sedangkan pimpinan yang memiliki kharisma akan lebih menggunakan pengikut yang setia dan sering mempergunakan pengawal-pengawal yang mempercayainya.

4. Kalsifikasi Pemimpin
Pemimpin dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa prinsip. Sebagi kriteria dalam prinsip ini menggunakan hubungan atau komunikasi dengan bawahannya, dapat dikategorikan berdasarkan tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1. Pemimpin yang persuatif, dimana pemimpin mengadakan hubungan yang erat dengan bawahannya.
2. Pemimpin yang dominan, dimana hubungan terbatas jika ada problema-problema.
3. Pemimpin institusional, atau disebut juga heads, dimana kepemimpinannya banyak didelegasikan pada para eksekutif
4. Pemimpin cerdik pandai, dimana pengaruhnya dirasakan besar sekali dan dapat mempengaruhi rakyat sekalipun ia sudah meninggal.
Berdasarkan perkembangkan, pemimpin diklasifikasi menjadi :
1. Pemimpin yang berdasarkan kemampuan sendiri, dimana ia memperoleh kedudukannya berdasarkan prestasi dan penonjolan dirinya.
2. Pemimpin yang lahir dari kelompok dan dipilih oleh kelompok sendiri.
3. Pemimpin karena jabatan atau kepala, dimana ia memiliki suatu posisi dalam peranan yang cukup besar untuk menggunakan wewenangnya.
Floyed D. Ruch, mengemukakan tiga pembagian besar mengenai tugas dan fungsi seorang pemimpin dalam kelompok, yaitu :
1. Menentukan struktur dari suatu situasi tertentu (structuring the situation), yaitu :
a. Menjelaskan hal-hal yang sulit kepada para anggota.
b. membedakan hal-hal atas dasar urutan kepentingannya (order of Priority)
c. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai
d. Membantu para anggota untuk mencapai kebutuhan masing-masing dalam rangka kerja kelompok
e. Membantu para anggota untuk mencapai kebutuhan masing-masing dalam rangka kerja kelompok
f. Menyelesaikan konflik antar anggota atas dasr kerangka pemikiran tertentu (frame of reference)
g. Mengusahakan agar para anggota memiliki kerangka pemikiran tertentu
h. Mengatasi perasaan tak aman dan ragu-ragu yang ada di antara anggota dengan jalan menunjukan perspektif waktu.
2. Mengadakan pengawasan atas perilaku para anggota dalam kelompok, yang dilakukan dengan cara :
a. Mengatasi penyimpangan atau penyelewengan para anggota
b. Memberikan hadiah atau hukuman bilamana dipandang perlu
c. Menjaga penyalahgunaan kepentingan kelompok oleh individu-individu tertentu dan juga sebaliknya
3. Menjadi juru bicara kelompok ke pihak luar, seperti dengan jalan :
a. Menyatakan dan menerangkan kebutuhan kelompok kepada dunia luar, antara lain mengenai sikap, pengharapan dan kehawatiran dari kelompoknya.
b. Pendek kata, berbicara keluar untuk kpentingkan dari atas nama kelompoknya.
David krech dan R. Cruchfield, mengemukan fungsi yang mungkin dipegang oleh seorang pemimpin kelompok, yaitu sebagai :
1. Pelaksana, artinya melaksanakan apa yang diputuskan atau dimintakan oleh kelompok
2. Perencana, maksudnya hanya membuat rencana saja, yang pelaksaannya diserahkan kepada para anggota
3. Pembuat kebijakan, yaitu hanya membuat kebijakan (policy) tertentu saja yang digariskan untuk diikuti kelompok
4. Sebagai ahli, yaitu dia sendiri atau bertindak sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam menggarap sesuatu dalam kelompok.
5. Wakil kelompok ke luar, maksudnya hanya mewakili kelompok saja untuk hal-hal yang perlu diselesaikan dengan pihak luar.
6. Pengawas hubungan dalam kelompok, yaitu mengawasi atau mengamati jalannya interaksi antar anggota kalau-kalau ada masalah.
7. Pemberi hadiah atau hukuman, artinya hanya bertindak memberikan hadiah atau pujian bagi seseorang anggota yang dianggap baik, atau hukuman seperti teguran kalau ada anggota tidak baik/melakukan kesalahan
8. Wasit dan perantara, artinya hanya bertindak mendamaikan jika ada perselisihan antar anggota, atau hanya perantara penyampaian sesuatu jika ada hal yang sulit disampaikan langsung oleh anggota.
9. Sebagai contoh atau teladan, maksudnya hanya memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu kepada anggota.
10. Lambang kelompok, artinya sebagai simbol atau lambang saja dan tidak punya arti lain yang lebih dari itu.
11. Wakil penaggung-jawab, artinya hanya menanggung-jawab sesuatu pekerjaan yang sebetulnya harus menjadi tanggung-jawab para anggota kelompok.
12. Pemuka ideologi, artinya dialah yang mengemukan atau mengajukan gagasan, sedangkan pelaksanaan selanjutnya dari gagasan.
13. Sebagai tokoh Bapak, maksudnya diperlakukan sebagai seorang Bapak dari sebuah kelompok.
14. Sebagai kambing hitam (scape goat), yaitu hanya menjadi kambing hitam atau tumpunan arus jika terjadi sesuatu hal yang tidak baik.

5. Fungsi Kepemimpinan
Jika kita mengetahui riwayat hidup seseorang, pada umumnya kita dapat menduga dengan ketepatan yang tinggi bagaimana seseorang itu akan bertindak dan berlaku pada situasi tertentu. Hal ini tidak berarti bahwa manusia tidak berubah. Yang pasti ialah bahwa perubahan yang terjadi dalam diri seseorang terjadi secara gradual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang berpendapat demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang berpendirian tetap lebih mudah “diramalkan” tindak-tanduknya dibandingkan dengan seseorang yang tidak berpendirian kuat
Salah satu cara untuk dapat meramalkan sikap dan tindak-tanduk orang lain dalam keadaan tertentu ialah dengan mengetahui bagaimana pandangan orang itu terhadap dirinya sendiri. Pandangan seseorang terhadap diri sendiri biasanya merupakan suatu sinthese dari pada aspirasi pendidikan, pengalaman dan penilaian orang-orang sekelilingnya kepadanya. Seseorang mengambil keputusan selaku individu untuk melindungi atau memperbesar pandangan terhadap dirinya sendiri.
Fungsi kepemimpinan yaitu membantu kelompok:
1. Menentukan kegunaan dan tujuan
2. Memfokuskan diri pada proses kerja secara bersama
3. Lebih waspada/memperhatikan akan sumber-sumber yang dimiliki, dan cara yang terbaik untuk memanfaatkannya
4. Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
5. Menjadi terbuka untuk ide baru dan ide yang berbeda, tanpa menjadi berhenti karenakonflik
6. Belajar baik dari kegagalan dan frustasi, maupun dari keberhasilan.

Silahkan beri komentar


baca 2 teori sebelumnya

0 komentar: